Senin, 20 Januari 2014

Jurnal Penelitian Pengaruh Penampilan Fisik Terhadap Perilaku Prososial Pada Mahasiswa


PENGARUH PENAMPILAN FISIK TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL PADA MAHASISWA




Disusun Oleh :
Dwi Marta Vicky S.  (201110230311277)
Syifa Ramadhani      (201110230311278)
Dicky Panji W           (201110230311293)
Andy Zhelda PAB     (201110230311299)
Qori Wahyudi            (201110230311303)
Muhammad Rodi      (201110230311xxx)
PSIKOLOGI. E


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

DESEMBER 2013
PENGARUH PENAMPILAN FISIK TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL PADA MAHASISWA

Dewasa ini , manusia semakin kurang peduli dengan keadaan manusia lain . kurangnya perhatian ini karena manusia sudah terlalu sibuk dengan  urusannya masing-masing yang akhirnya berdampak pada perilaku antisosial . sebab perilaku prososial identik dengan lebih menguntungkan salah satu pihak saja yaitu yang ditolong . Orang –orang yang mau melakukan tindakan prososial biasanya memiliki motif-motif tertentu dalam melakukannya . perilaku prososial dapat berupa membagi sesuatu . melakukan kerjasama , menyumbang , menolong , kejujuran ataupun kedermawanan . perwujudan prososial dapat berupa bantuan fisik maupun psikologis . Dalam penelitian kali ini , peneliti akan membandingkan perilaku prososial yang akan timbul bila ada sebuah stimulus berupa setumpuk kertas yang dijatuhkan ke lantai oleh orang yang berpenampilan rapi orang yang berpenampilan lusuh ( tidak rapi ) . disini peneliti akan meneliti respon seseorang lebih ingin melakukan tindakan prososial pada orang yang berpenampilan rapi atau lusuh ( tidak rapi ) . dalam penelitian kali ini peneliti mengunakan Desain perlakuan tunggal (one shot case study) . untuk mengambil sample peneliti menggunakan teknik accidental sampling . setelah data terkumpul , peneliti menganalisa hasil observasi menggunakan SPSS dan hasilnya adalah perilaku prososial sama sekali tidak terpengaruh oleh penampilan .
Today, people increasingly less concerned with the state of another human being . This lack of attention because people are too busy with their own affairs that ultimately have an impact on antisocial behavior . because prosocial behavior is identical to the more profitable one of the parties is being helped . People who want to perform prosocial acts usually have certain motives in doing so . prosocial behavior can be split something . cooperate , donate, help , honesty or generosity . prosocial embodiment can be physical or psychological assistance . In this study , researchers will compare prosocial behavior that will occur when there is a stimulus in the form of a stack of paper that was dropped on the floor by people who look neat people who look shabby ( not smooth) . Here researchers will examine the response of someone more willing to perform prosocial acts on people who look neat or shabby ( not smooth) . Researchers in the current study design using a single treatment ( one- shot case study ) . researchers to take samples using accidental sampling technique . after the data collected , the researchers analyzed the results of observations using SPSS and the result is a prosocial behavior was not affected by the appearance .



Kata Kunci/ Keywords
            Dalam penelitian ini , variabel independennya ( variabel bebas ) adalah penampilan rapi dan lusuh dan variabel dependennya ( variabel terikat ) adalah perilaku prososial . Teknik sampling yang peneliti gunakan adalah Accidental Sampling . Dan sampel adalah mahasiswa/i yang berada di Gedung kuliah bersama 1 dan 2 Universitas Muhammadiyah Malang .

Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri. Selalu terjadi saling ketergantungan antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Untuk mempertahankan kebersamaan dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup, manusia perlu mengembangkan sikap kooperatif serta sikap untuk berperilaku menolong terhadap sesamanya atau yang sering disebut sebagai perilaku prososial.
Perilaku prososial adalah perilaku yang memiliki konsekuensi positif,  perilaku prososial sebagai tindakan yang ditujukan untuk memberi bantuan atau  kebaikan pada orang lain atau kelompok orang tanpa mengharapkan balasan  dengan cara-cara yang cenderung mentaati norma sosial. Tindakan itu kadang-kadang memerlukan pengorbanan atau resiko pada diri si pelaku. Orang yang prososial sama dengan orang yang sosial yaitu mereka yang perilakunya mencerminkan keberhasilan di dalam tiga proses sosialisasi, dimana proses sosialisasi itu sendiri adalah belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial, memainkan peran sosial yang dapat diterima, dan perkembangan sikap sosial, sehingga mereka cocok dengan kelompok tempat mereka menggabungkan diri dan diterima sebagai anggota kelompok (Pradista 2009).
Pada kenyataannya karakteristik dari individu juga mempengaruhi perilaku prososial seseorang, diantaranya adalah kematangan kognitif dan jenis kelamin. Asumsi utama dari kematangan kognitif adalah penalaran moral akan berpengaruh terhadap perilaku prososial (Staub, 1979). Sedangkan pengaruh jenis kelamin ditemukan dalam beberapa penelitian tentang perilaku prososial yang memiliki hasil berbeda-beda. Mills dan Grusec (1991) menemukan bahwa perempuan lebih penolong dibandingkan laki-laki. Tetapi penelitian lain menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara gender dan tingkat perilaku menolong (Hans & Bierhoff, 2002).
Di kehidupan sehari – hari kita tidak dapat lepas dari dunia atau lingkungan sosial yang sangat berperan bagi kehidupan kita yang akan datang. Untuk itu, kita perlu memahami dan memiliki kemampuan tentang interaksi antar individu (personal) serta memahami kejadian atau peristiwa di sekeliling kita agar kita terbantu dalam hal beradaptasi di lingkungan sosial. Mahluk sosial yang mempunyai kebutuhan   untuk berhubungan dengan orang lain dan menjadi salah satu anggota suatu           kelompok akan membantu orang untuk bertahan hidup secara fisik maupun psikologis. Adanya hubungan dengan orang lain, itu karena adanya kesukaan pada orang lain atau daya tarik interpersonal. Daya tarik interpersonal adalah sikap atau sifat yang membentuk seseorang menimbulkan rasa suka. Dengan adanya daya tarik interpersonal itu individu akan lebih bersemangat hidup, dan dapat menyalurkan atau berbagi cerita dengan relasinya, sehingga dapat mengurangi beban individunya.
Salah satu hal yang mendasari terjadinya daya tarik interpersonal adalah penampilan fisik dari seseorang. Penampilan fisik seseorang seringkali dipersepsikan sebagai petunjuk mengenai siapa orang tersebut (identitas sosial), baik dari segi busananya, aksesories (kaca mata, gelang, kalung, anting- anting,  cincin, sepatu, tas, dsb), maupun karakteristik tubuhnya, seperti bentuk tubuh, warna kulit, model rambut, dan sebagainya.
Bagi sebagian besar orang hanya secara sepintas menyadari pakaian orang lain, namun ternyata bagaimana cara berpakaian seseorang menunjukkan informasi tentang orang tersebut. Pakaian tidak bisa menciptakan seseorang menjadi sesuatu, tetapi baju, ketampak terawatan (grooming, misalnya rambut tersisir rapi), dan penampilan fisik umum lainnya seringkali menjadi dasar dari kesan pertama dan relatif berkelanjutan. Menurut Gordon Allport, melalui persepsi visual yang sangat singkat, terjadilah suatu proses mental yang kompleks, yang dalam waktu singkat telah menghasilkan penilaian tentang jenis kelamin, usia, ukuran, kebangsaan, profesi dan status sosial, bersamaan dengan perkiraan tentang temperamen, kekuasaan, keramahtamahan, kerapian, bahkan kejujuran dan integritas orang yang diamati tersebut. Pakaian juga menggambarkan identitas tentang jenis kelamin, usia, kelas sosial ekonomi, status, peran, keanggotaan dalam suatu kelompok, kepribadian ataupun mood, kondisi fisik, juga waktu dalam sejarah.
Sikap juga sering diasosiasikan dengan pakaian, yaitu dalam hal keinginan untuk menyesuaikan diri, keinginan untuk mengekspresikan diri, keinginan untuk kepuasan estetis, nilai-nilai prestige (gengsi), keinginan untuk terlibat atau berpartisipasi secara sosial, kenyamanan fisik, dan ekonomi. Banyak bukti empiris mendukung pandangan bahwa seseorang yang berpakaian baik atau rapi lebih diterima oleh orang yang belum dikenal daripada orang- orang yang berpakaian buruk atau lusuh, sehingga dapat meningkatkan keefektifan hubungan interpersonal. Penelitian Kleinke (1986)  menunjukkan bahwa orang yang berpakaian formal, rapi, dan bersih menerima pertolongan (dikabulkan permohonannya) lebih besar daripada orang- orang yang berpakaian sederhana atau sembarangan.

Penampilan Fisik

Penampilan fisik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penampilan luar seseorang yang mudah diamati dan dinilai oleh orang sekelilingnya. Penampilan fisik secara disadari atau tidak, dapat menimbulkan respon atau tanggapan tertentu dari orang lain. Sekalipun, dalam kenyataannya banyak ahli yang tidak setuju jika penilaian akan seseorang di dasarkan pada penampilan luarnya saja.

Perilaku Prososial
Staub (2002) menyatakan perilaku prososial adalah perilaku yang ditujukan kepada orang lain dan memberikan manfaat. Sedangkan Brigham (2002) mengemukakan perilaku prososial adalah segala bentuk tingkah laku yang bertujuan menyokong kesejahteraan orang lain atau perilaku yang menguntungkan penerima tetapi tidak memiliki keuntungan yang jelas bagi pelaku.
Wrightsman dan Deaux (2002), mendefinisikan perilaku prososial sebagai perilaku yang menguntungkan orang lain, atau konsekuensi sosial yang positif baik fisik maupun psikologis kepada orang lain, terdiri dari perilaku menolong dan bekerjasama. Selain penekanan pada akibat dari tingkah laku yang menguntungkan orang lain, terdapat juga definisi prososial yang menekankan pada hal lain. Salah satunya adalah oleh Baron dan Byane (2000) yang menambahkan akan perlunya kesesuaian antara tindakan yang ditampilkan dengan norma- norma yang berlaku di masyarakat. Rentang perilaku prososial berada dalam sebuah kontinum yang dimulai dari tindakan altruisme yang tidak egois atau sukarela sampai tindakan menolong yang dimotivasi oleh kepentingan sendiri (Batson, 2008). Banyak perilaku prososial yang dilakukan tidak bersifat sukarela, misalnya bila kita menjadi sukarelawan untuk membantu para pengungsi hanya untuk membuat orang lain terkesan kepada kita (Sears et al., 2008).
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku prososial adalah segala bentuk perilaku yang memberikan dampak sosial yang positif atau menguntungkan bagi orang lain yang menerimanya, baik secara fisik maupun psikologis dan tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Menurut Staub (Dayakisni dan Hudaniah 2006) dalam Setiawan (2009) ada tiga indikator yang menjadi tindakan prososial, yaitu:
a.       Tindakan itu berakhir pada dirinya dan tidak menuntut keuntungan pada pihak pelaku.
b.      Tindakan itu dilahirkan secara sukarela.
c.       Tindakan itu menghasilkan kebaikan.
Beberapa faktor yang mendasari seseorang untuk bertindak prososial, yaitu;
a.       Self-gain: harapan seseorang untuk memperoleh atau menghindari kehilangan sesuatu, misalnya ingin mendapatkan pengakuan, pujian atau takut dikucilkan.
b.      Personal values and norms: adanya nilai-nilai dan norma sosial yang diinternalisasikan oleh individu selama mengalami sosialisasi dan sebagian nilai-nilai serta norma tersebut berkaitan dengan tindakan prososial, seperti berkewajiban menegakkan kebenaran dan keadilan serta adanya norma timbal balik.
c.       Empathy: kemampuan seseorang untuk ikut merasakan perasaan atau pengalaman orang lain.

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan fenomena yang ada kami membuat sebuah hipotesis yaitu ada pengaruh penampilaan fisik terhadap perilaku prososial

METODE PENELITIAN
Desain Eksperimen
Desain penelitian yang digunakan adalah desain perlakuan tunggal. Desain perlakuan tunggal (one shot case study) merupakan desain yang paling sederhana. Terhadap sekelompok subjek diberi perlakuan (X), kemudian dilakukan pengamatan (O). Secara sistematis desain eksperimen dengan perlakuan tunggal dilukiskan sebagai berikut:
nonR (X) à O
Dalam desain ini sekelompok subjek penelitian memperoleh perlakuan, selanjutnya diukur variabel yang hendak diamati.

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variable terikat dalam penelitian ini adalah perilaku prososial. perilaku prososial adalah kesediaan orang-orang untuk membantu atau menolong orang lain yang ada dalam kondisi distress (menderita) atau mengalami kesulitan. Sehingga definisi operasional dari perilaku prososial adalah perilaku membantu orang lain yang mengalami kesulitan.
Variable bebas yaitu Penampilan fisik. Penampilan fisik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penampilan luar seseorang yang mudah diamati oleh orang sekelilingnya. Sehingga definisi operasional dari penampilan fisik adalah penampilan berpakaian seseorang yakni berpakaian rapi dan lusuh.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam eksperimen ini menggunakan teknik accidental sampling dari Mahasiswa dan Mahasiswi yang berada di GKB 1 dan GKB 2 Universitas Muhammadiyah Malang.
Metode Pengukuran Variabel  Penelitian                
Penelitian ini menggunakan metode pengambilan data dengan cara observasi. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui perilaku prososial mahasiswa. Metode observasi yang digunakan yaitu event sampling, dengan cara menceritakan secara rinci proses pengamatan atau observasi dari awal kejadian kemudian mencatat bentuk perilaku disiplin kerja yang muncul pada subjek tanpa dibatasi oleh durasi waktu. Alasan memilih metode ini adalah untuk mempermudah dalam mengamati dan mencatat bentuk perilaku apa saja yang muncul pada subjek selama proses penelitian.
Prosedur Penelitian

Perlakuan pertama, orang pertama yakni orang yang berpenampilan rapih berjalan di sekitar GKB 1 dan 2 kemudian orang pertama menjatuhkan kertas yang sedang ia pegang. Observer menunggu reaksi orang-orang yang sedang duduk. Perlakuan kedua, orang kedua yakni orang yang berpenampilan lusuh berjalan di sekitar GKB 1 dan 2 kemudian orang kedua menjatuhkan kertas yang sedang ia pegang. Observer menunggu reaksi orang-orang yang sedang duduk.

Metode Analisis Data
Analisis data menggunakan SPSS yaitu Uj Chi-square. Uji chi-square berguna untuk menguji hubungan atau pengaruh dua buah variabel nominal dan mengukur kuatnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel nominal lainnya.

Hasil Penelitian
Setelah data diperoleh, kemudian data yang ada diinput ke SPSS 20 menjadi dua kelompok data, yaitu penampilan dan respon. Dari tabel output diperoleh Xhitung pada kolom Value dan baris Pearson Chi Square sebesar 0,220 sedangkan Xtabel dengan df (derajat kebebasan) = 1 yaitu sebesar 3,841. Karena Xhitung  <  Xtabel  yaitu sebesar 0,220 < 3,841 maka Ho diterima yang artinya tidak ada  pengaruh penampilan fisik terhadap perilaku prososial pada mahasiswa.
Berdasarkan signifikansi, diperoleh sebesar 0,639 yang berarti 0,639 > 0,05 maka Ho diterima yang artinya tidak ada  pengaruh penampilan fisik terhadap perilaku prososial pada mahasiswa.
Berdasarkan penelitian eksperimen yang telah dilakukan dengan konsep prososial yaitu Tester dikelompokan menjadi dua penampilan, yaitu penampilan rapi dan penampilan lusuh. Kemudian tester menjatuhkan kertas dihadapan orang yang sedang duduk atau mengobrol, kemudian tester menunggu respon yang terjadi apakah ditolong atau tidak. Ketika subjek yang sedang asik mengobrol cenderung membiarkan tanpa menolong, terutama laki-laki yang sedang asik berkumpul. Dari data yang telah diuji, hal ini menunjukan bahwa ternyata perilaku prososial tidak dipengaruhi oleh penampilan fisik seseorang.

Diskusi
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil dengan menggunakan design penelitian dengan perlakuan tunggal (one shot case study) yaitu dengan memberikan perlakuan melalui dua tester yaitu berpenampilan rapi dan lusuh. Desain ini dipilih karena dalam penelitian ini tester memberikan perlakuan dengan berjalan menjatuhkan kertas. Pertama tester dengan penampilan rapi dan tester kedua dengan penampilan lusuh.  kemudian dilakukan pengamatan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ternyata penampilan fisik tidak berpengaruh terhadap perilaku prososial pada mahasiswa

Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian dan didapatkan hasil bahwa tidak ada pengaruh penampilan fisik terhadap perilaku prososial pada mahasiswa. Hal ini disebabkan karena perilaku prososial pada mahasiswa tergantung pada masing-masing individu, apakah punya keinginan untuk menolong sesama atau tidak. Kemudian kondisi subjek juga mempengaruhi, ketika subjek sedang asik mengobrol cenderung membiarkan tanpa menolong, terutama laki-laki yang sedang asik berkumpul. Hal ini berarti perilaku prososial tidak dipengaruhi penampilan fisik seseorang. Sehingga dari hipotesis yang semula diajukan yaitu ada pengaruh penampilan fisik terhadap perilaku prososial pada mahasiswa tidak dapat dibuktikan

Saran
Dalam penelitian eksperimen yang telah dilakukan, masih banyak kekurang dan harus dibenahi, terutama kertas yang dijatuhkan oleh tester tidak terlalu menyebar dan jangkauan tester dan subjek juga tidak terlalu dekat. Kemudian kondisi tempat untuk menjatuhkan kertas juga harus strategis, karena banyak atau tidaknya subjek yang berada di tempat dan kesibukan yang dilakukan mempengaruhi bagaimana hasil eksperimen yang dilakukan











Daftar Pustaka
Ahmadi, A. (1991). Psikologi sosial (edisi revisi). Bandung: Rineka Cipta.
Baron, R.A., & Byrne, D. (2005). Psikologi sosial, jilid pertama (edisi ke sepuluh). Alih Bahasa: Ratna Djuwita, Melania Meitty Parman, Dyah Yasmina, Lita P. Lunanta. Jakarta: Erlangga.
Swastika, Ludia. (2010). Tingkah Laku Prososial Mahasiswa Terhadap Pengemis Ditinjau Dari Tingkat Religiusitas,[pdf].
Purnamasari, Alfi. (2004). Perbedaan Intensi Prososial Siswa SMUN MAN di Yogyakarta,[pdf].
Universitas Indonesia. (2010). Perbedaan Perilaku Prososial Laki-laki dan Perempuan Pada Mahasiswa Psikologi UI,[pdf].
Arifin, Tajul. (2013). Teori dan Teknik Pembuatan Desain Penelitian,[pdf].
Widyarini, Nilam. (2010). Handout Psi Sosial II: Perilaku Prososial,[pdf].
Arsyad, Asriani. (2013)Perbedaan Perilaku Prososial Siswa Pondok Pesantren X dan Siswa SMP Negeri Y Di Yogyakarta,[pdf].
Wijayanti, Ika. (2008). Pengaruh Media Gambar Terhadap Sikap Prososial Siswa Kelas XI SMA Negeri 1Bawang Kabupaten Banjarnegara,[pdf].


















LAMPIRAN
























·         Pembagian tugas dan jadwal praktikum
Tester              : Dicki Panji W (Rapi) dan M. Rodhi (Lusuh)
Observer          : Syifa ramadhani dan Qori Wahyudi
Kameramen     : Dwi Marta Vicky S. dan Andy Zhelda
Hari, tanggal   : Senin, 16 Desember 2013 dan Rabu 18 Desember 2013
Waktu                         : Pukul 09.00 – 11.00 WIB
Tempat            : GKB 1 dan 2

·         Tabel observasi
No.
Aspek/ Perlakuan
Respon
Ditolong
Tidak ditolong
1.
Rapih
ü   

2.
Rapih

ü   
3.
Rapih
ü   

4.
Rapih
ü   

5.
Rapih
ü   

6.
Rapih
ü   

7.
Rapih
ü   

8.
Rapih

ü   
9.
Rapih

ü   
10.
Rapih

ü   
11.
Lusuh
ü   

12.
Lusuh
ü   

13.
Lusuh
ü   

14.
Lusuh
ü   

15.
Lusuh
ü   

16.
Lusuh

ü   
17.
Lusuh
ü   

18.
Lusuh

ü   
19.
Lusuh

ü   
20.
Lusuh
ü   







·         Tabel input SPSS



·         Tabel Output SPSS
Case Processing Summary

Cases
Valid
Missing
Total
N
Percent
N
Percent
N
Percent
Penampilan * Respon
20
100,0%
0
0,0%
20
100,0%



Penampilan * Respon Crosstabulation
Count

Respon
Total
Ditolong
Tidak Ditolong
Penampilan
Rapi
6
4
10
Lusuh
7
3
10
Total
13
7
20





Chi-Square Tests

Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square
,220a
1
,639


Continuity Correctionb
,000
1
1,000


Likelihood Ratio
,220
1
,639


Fisher's Exact Test



1,000
,500
Linear-by-Linear Association
,209
1
,648


N of Valid Cases
20




a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,50.
b. Computed only for a 2x2 table











Tidak ada komentar:

Posting Komentar